Jumat, April 26, 2024

AKSI CORET SERAGAM SEKOLAH BUDAYA BURUK

Seorang ibu di Kabupaten Sijunjung, Hj. Rohani, sedih dan sesalkan aksi mencoret dan mengukir baju seragam sekolah yang dilakukan siswa SLTA setelah lulus Ujian Nasional (UN) tahun 2017.

Rohani sedih dan menyesalkan, karena seragam yang dicoret dan diukir, disamping tidak akan menjadi kenangan indah juga tidak akan bernilai sejarah dan tidak akan masuk mesium. Hanya semata perbuatan  mubazir yang dimurkai Allah SWT.

“Saya sangat sedih dan menyesalkan seragam sekolah yang dicoret dan diukir oleh  siswa SLTA setelah lulus UN. Karena disamping tidak akan menjadi kenangan indah juga tidak akan bernilai sejarah dan tidak akan masuk mesium. Hanya semata perbuatan mubazir yang dimurkai Allah SWT. Pada hal untuk membeli seragam sekolah itu, sebagian orangtua bersusah payah, bahkan membanting tulang dan bercucuran keringat untuk mendapatkan uangnya. Budaya buruk yang sangat merugikan ini, terjadi setiap tahun, entah kapan pemerintah mampu menghentikannya,” kata  Rohani di Muaro Sijunjung, Rabu (3/5).

Supaya ke depan aksi coret dan mengukir seragam sekolah yang dilakukan siswa setelah lulus UN tidak terjadi lagi, Rohani berharap kepada pemerintah meningkatkan kepedulian dan perhatian dengan cara membuat surat edaran dan imbauan yang isinya kepala sekolah dan majelis guru serta walimurid berusaha melarang siswa supaya tidak melakukan perbuatan mubazir itu. Jika larangan tidak dindahkan, siswa bersangkutan beri sanksi, seperti menahan STTB atau NEM-nya.

“Dengan adanya kepedulian dan perhatian pemerintah, saya berharap tahun depan dan selanjutnya  siswa yang lulus UN tidak lagi meluapkan kegembiraan  dengan mencoret dan mengukir baju seragam sekolah, tapi menumpahkan dengan perbuatan posotif yang bermanfaat, seperti melaksanakan Shalat Syukur, mendermakan sebagian uang belanja  kepada rumah tempat beribadah atau terhadap fakir miskin dan yatim piatu serta berterima kasih kepada kedua orangtua dan guru yang sudah bersusah payah membiayai dan mendidik mereka,” harap Rohani.

Kalau memang baju seragam itu tidak akan terpakai lagi, lebih baik serahkan kepada sekolah supaya bisa disumbangkan oleh majelis guru terhadap siswa yang membutuhkan, karena perbuatan itu akan lebih berarti dan bermakna, dari pada baju dicoret-coret.

Selain mencoret dan mengukir seragam sekolah, ibu pemerhati pendidikan ini juga berharap siswa  yang lulus UN tidak meluapkan kegembiraan dengan menaiki sepeda motor secara bersama dan konvoi di jalan raya, karena perbuatan itu sangat beresiko dan berbahaya. nas@sijunjung.go.id

 

Related Articles

- Kepala Daerah -spot_img

Latest Articles