Jumat, April 19, 2024

HIKMAH HARI RAYA IDUL ADHA

hikmahMengambil hikmah Hari Raya Idul Adha 1437 Hijriyah, banyak hal yang patut diingat dan dihayati dari peristiwa besar dan sejarah Nabi Ibrahim Alaisalam dengan putranya Ismail.

Berbagai hal yang sekaligus bisa dijadikan kunci bagi kaum muslimin dan muslimat dalam menyelamatkan diri dari kehancuran, diantaranya  berbaik sangka terhadap Allah SWT dan   mematuhi perintah Yang Maha Kuasa, kata buya H. A. Rahman, seusai menunaikan Shalat Hari Raya Idul Adha 1437 Hijriyah, Senin (12/9), di lapangan sepakbola M. Yamin Muaro Sijunjung.

Berbaik sangka terhadap Allah SWT, adalah hal penting yang harus ditanamkan dalam hati dan jiwa, karena dari sinilah kaum muslimin dan muslimat akan menjalani kehidupan seperti yang ditentukan oleh Penguasa Alam.

Nabi Ibrahim beserta keluarga-Nya telah menunjukan hal yang positif terhadap Allah. Sebagaimanan diketahui, Nabi Ibrahim diperintahkan mengungsikan isteri-Nya Siti Hajar dan putra-Nya Iimail, ke Mekkah.

Perintah yang diterima Ibrahim cukup berat. Bukan saja karena harus berpisah dengan keluarga tercinta, tapi Mekkah waktu itu sangat sepi dan sunyi. Tak ada kehidupan, tak ada manusia dan tumbuh-tumbuhan, bahkan binatang pun tidak ada.

Namun Ibrahim tetap melaksanakan perintah yang diterima-Nya. Bahkan karena berbaik sangka terhadap Allah sudah tertanam dalam hati dan jiwa, Siti Hajar dan Ismail yang masih kecil yakin bahwa Allah SWT tidak bermaksud buruk terhadap hamba-Nya.

Begitu pula dengan perintah menyemblih Ismail, Ibrahim yakin bahwa Allah ingin mewujudkan kemaslahatan dengan kebaikan. Sebaliknya, larangan Allah diyakini untuk mencegah terjadinya kerusakan dan kemudharatan.

Justru itu, hendaknya Idul Adha tidak hanya sekedar dirayakan, tapi diresapi dan dihayati, karena dari sejarah itu cukup banyak iktibar dan pelajaran yang bisa dipetik.  Diantaranya keyakinan kepada Allah SWT yang tidak tergoyahkan oleh bisikan dan bujuk rayu syetan serta kehidupan dunia, kata A. Rahman.

Iktibar lain yang perlu dipetik dari peristiwa besar itu, adalah kasih sayang Nabi Ibrahim  terhadap anak dan isteri tidak mengalahkan cinta dan sayangnya kepada Allah SWT.

Iktibar itu perlu dipetik, karena seseorang yang mempunyai keyakinan dalam hidupnya bahwa dengan menghambakan diri kepada Allah SWT dan  pasra dengan ketentuan-Nya, dia akan memperoleh ketenangan hati, jiwa dan pikiran dalam mengarungi hidup dan kehidupan di alam fana ini.

Seiring dengan itu, orang yang mempunyai keyakinan mantap terhadap Allah SWT, tidak tergoyahkan oleh bujukan, rayuan dan bisikan syetan yang pada akhirnya membawa kepada kemaksiatan dan kesesatan.

Untuk itu, hayati dan resapilah peristiwa besar dan sejarah Nabi Ibrahim Alaisalam dengan putranya Ismail,  supaya kita termasuk orang yang relah berqurban serta memiliki keyakinan penuh dan mantap terhadap Allah SWT.

Artinya, apabila seorang muslim telah menanamkan prasangka baik terhadap Allah, dalam hati dan jiwanya, apa pun yang diperintahkan Allah akan dilaksanakan dengan tulus dan ikhlas. Inilah yang disebut dengan iman dan keyakinan yang sesungguhnya, jelas A. Rahman. –nas@sijunjung.go.id

Related Articles

- Kepala Daerah -spot_img

Latest Articles