MC Sijunjung – Galanggang Arang edisi ke-5 yang digelar di Kabupaten Sijunjung mendapat sambutan hangat dari masyarakat, terutama kalangan guru, pelajar dan mahasiswa.
Diketahui, Galanggang Arang Anak Nagari Merawat Warisan Dunia adalah event yang digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berkolaborasi dengan Pemerintah Daerah di Sumatera Barat.
Event ini merupakan sebuah upaya melestarikan Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (WTBOS) yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada tahun 2019 lalu.
“WTBOS bukan hanya milik satu daerah, tetapi kepunyaan Kabupaten/Kota sepanjang jalur kereta api dari Stasiun Teluk Bayur hingga ke Stasiun Muaro di Kabupaten Sijunjung,” ungkap Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Puji Basuki kepada media, Sabtu (27/7/24).
“Hadirnya tambang batubara Ombilin di Sawahlunto juga memunculkan budaya baru di tengah kehidupan masyarakat dan masih banyak yang belum ternarasikan dengan sempurna. Sehingga ini menjadi tugas kita bersama untuk menggali hingga merawatnya,” tutur Puji.
Sebelumnya, Galanggang Arang itu telah digelar di Padang, Solok, Sawahlunto, dan Padang Pariaman.
Kurator PIC Galanggang Arang, Dede Pramayoza menyebut Galanggang Arang menjadi bagian dari kegiatan-kegiatan aktivasi yang dilakukan Warisan Budaya Dunia WTBOS.
“Sebagai suatu tinggalan kolonial, berbagai situs WTBOS di Sijunjung diyakini menyimpan banyak sekali kisah sejarah,” ujarnya.
Sementara, Novi Edmawati selaku Kepala SDN 17 Sijunjung mengakui banyak memanfaat Gelanggang Arang WTBOS ini dalam dunia pendidikan.
Dia mambawa 25 orang murid untuk melihat pameran dan mendengarkan story telling itu.
“Bukti sejarah berupa foto pajangan- pajangan masyarakat Sijunjung pada zaman dahulu menambah wawasan dan pengetahuan bagi murid murid kami,” sebut Novi.
Dengan adanya bukti sejarah ini memberikan pengetahuan baru bagi anak-anak.
Apalagi, kata Dia, dalam kegiatan ini muridnya juga mengikuti cerita sejarah (story telling) yang disampaikan oleh Bpk Bujang Nasrul.
“Gelanggang Arang ini, memberikan pengalaman belajar bagi siswa terutama sejarah perkeretaapian ombilin di stasiun logas Muaro,” tuturnya. (Dicko)