Jumat, April 19, 2024

CERAMAH SISWA MTSN PADANG SIBUSUK MENGAGUMKAN

Sebagaimana di berbagai masjid, mushalla dan surau, di Masjid Jamik Nagari Padang Sibusuk, Kecamatan Kupitan, Kabupaten Sijunjung rutin dilaksanakan ceramah Ramadhan setiap selesai Shalat Isya sebelum menunaikan Shalat Tarwih dan Witir berjemaah.

Karena sudah merupakan kegiatan rutin, siraman rohani yang disampaikan ustad dan ustazah, tentunya hal yang biasa bagi jemaah Masjid Jamik. Hanya saja yang menyebabkan jemaah terkesimak, Selasa (13/6) malam, ceramah agama dipaparkan oleh ustad cilik, Joko Apriadi yang baru duduk di kelas I Madrasah Tasanawiyah Negeri (MTsN) Padang Sibusuk.

Masih kecil memang, usianya baru 13 tahun. Namun disamping uraiannya berisi dan mengena, penyajiannya juga mantap dan stematis, sehingga enak didengar dan disimak serta mudah dicerna.

Menyimak ceramah yang terarah dan bernilai  jemaah Tarwih Masjid Jamik, tidak hanya sekedar terkesimak, tapi juga berdecah kagum. Bahkan kaum bapak saling bertanya sesamanya, “anak sia tu, dima rumahnyo, sikolah baranyo?” tanya mereka         .

Dengan tekanan intonasi berpariasi, tegas dan pasti, dalam ceramahnya Joko Apriadi menguraikan tentang malam Lailatul Qadr.

Salah satu kemulian dan keagungan Ramadhan, adalah Lailatul Qadr. Allah SWT  dalam firman-Nya menjelaskan, ”sesungguhnya Kami telah menurunkannya Al Quran pada Lailatul Qadr, kata Joko.

Secara harfiyah laila berarti malam. Sedangkan Qadr  berarti takaran, ukuran serta sesuatu yang bernilai dan sesuatu yang terbatas. Sebetulnya para ulama beragam dalam mengartikan dan menafsirkannya.

Ada yang menyebutnya dengan malam kemuliaan, karena pada malam itu Allah SWT menurunkan kitab suci Al Quran yang merupakan sumber kemuliaan manusia, sesuai firman Allah SWT yang artinya “sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagi kamu. Maka apakah kamu tidak memahaminya?”

Rasulullah SAW juga bersabda yang artinya “sesunguhnya bulan Ramadhan telah hadir di tengah-tengah kalian. Di dalamnya terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan.

Cukup banyak sebenarnya ayat dan hadist yang menyebutkan keutamaan dan keagungan Lailatul Qadr. Diantaranya, Lailatul Qadr nilainya lebih baik dari seribu bulan. Artinya, ibadah yang dilakukan pada malam itu jauh lebih baik dari beribadah seribu bulan.

Bila hadist Nabi Muhammad SAW disimpulkan, Lailatul Qadr terjadi setiap tahun pada bulan suci Ramadhan, terutama pada sepuluh malam terakhir, lebih utamanya pada malam ganjil, yaitu 21, 23, 25, 27 dan malam ke-29. Lebih utama lagi pada malam ke-27.

“Makanya, pada 10 Ramadhan yang masih tersisa, Nabi Muhammad SAW tidak pernah meninggalkan masjid. Rasulullah selalu iktikaf. Iktikaf artinya, merenung diri, dari mana asal kita, untuk apa kita hidup dan kemana kita akan kembali,” jelas Joko

Namun sayang, justru di hari yang bernilai sangat tinggi ini sebagian kaum muslimin sibuk dengan urusan dunia, sehingga lalai beribadah. Lebih menyedihkan dan memprihatinkan, ada yang tidak sempat lagi mendirikan shalat berjemaah di masjid atau di mushalla, sebut Joko Apriadi. nas@sijunjung.go.id

 

Related Articles

- Kepala Daerah -spot_img

Latest Articles